Wednesday, April 16, 2008

Peran Mata Terhadap Perkembangan Otak Anak

Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, orangtua sebaiknya memerhatikan kesehatan mata anak sedini mungkin karena mata merupakan pendukung kecerdasan. Selama 12 tahun pertama kehidupan anak, 80 persen informasi didapatkan melalui penglihatan.

Pada anak-anak, proses belajar melihat yang terpenting ada pada saat anak berusia 0-2 tahun. Pada usia ini perkembangan anak berada pada tahap perkembangan sensorik dan motorik. Karenanya mata anak harus sempurna, terang, semua cahaya diterima oleh retina lalu dijabarkan dan direspons kembali oleh otak, agar terbaca apa yang dilihat. Jika cahaya yang ditangkap remang-remang, maka pertumbuhan retina terhambat dan otak tidak bisa merespon karena tidak ada informasi yang masuk.

Seperti dikatakan dr.Dwi Putro Widodo, SpA(K) dari departemen ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM, sel retina pada mata anak dengan sel di otak sama-sama berasal dari sel neuroektodermal (lapisan terluar saraf). Maka semakin banyak yang dilihat si kecil dari dunia barunya, semakin kuat hubungan antar sel saraf di otak. "Jika penglihatan anak bagus, maka input yang masuk ke otak akan lebih banyak lagi," katanya. Hal ini jelas akan mengoptimalkan kecerdasannya.

Penting untuk diketahui orangtua, proses belajar bayi didapatkan dari pendengaran, penglihatan dan rabaan. Menurut dokter Dwi, jika rangsangan dari tiga hal tadi direspon dengan baik, maka keterampilan dan kecerdasan si kecil pun berkembang optimal

Berbeda dengan mata orang dewasa, ketika si kecil membuka mata untuk pertama kali, semua yang ada di sekelilingnya tampak samar dan kabur. Setelah ia berusia 3 bulan, tajam penglihatannya makin membaik dan ia bisa memfokuskan penglihatan pada objek yang dilihatnya. "Karena mata anak sistemnya belum matang, maka ia sangat rentan terhadap pengaruh dari luar,' kata dr.Rita S Sitorus, PhD, spesialis mata anak, departemen mata FKUI-RSCM, pada acara seminar "Mewaspadai Bahaya Sinar Biru Terhadap Kesehatan Mata Anak" di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ditambahkan oleh dokter Rita, pada saat bayi dilahirkan, lensa matanya masih bening dan secara bertahap akan berubah menjadi kuning sejalan dengan usianya. Lensa mata yang jernih tersebut menyebabkan bayi dan batita sangat berpotensi terkena sinar biru dalam aktivitasnya sehari-hari.

Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang 400-500 nanometer. Sinar yang antara lain terdapat pada sinar matahari ini ketika masuk retina mata dapat menyebabkan kerusakan akibat radikal bebas. Sinar biru juga terdapat di lampu neon, layar televisi dan komputer. Dalam jangka waktu yang pendek, dampak sinar biru dapat mengganggu kerja retina sehingga menghambat proses belajar lewat penglihatan.

Pada orang dewasa, akibat dari paparan sinar biru yang terlalu banyak adalah penyakit katarak dan degenerasi makula, sedangkan pada anak-anak bisa menyebabkan ganggaun tajam penglihatan, seperti rabun jauh (miopia). Pada usia sekolah, anak yang mengalami miopia akan mengalami kesulitan membaca tulisan di papan sehingga prestasinya bisa terganggu.

Bisa dicegah

Kerusakan mata pada bayi dan batita bisa dicegah dengan pemberian nutrisi yang berperan penting dalam kesehatan mata. "Ada beberapa nutrisi penting untuk menjaga kesehatan mata, yakni vitamin A, Taurine, AA dan DHA, serta Lutein," papar dokter Dwi. Seluruh nutrisi penting tersebut bisa didapatkan secara cuma-cuma pada Air Susu Ibu (ASI). "Semakin lama bayi meminum ASI, fungsi penglihatannya pun akan semakin baik, sehingga kecerdasannya pun meningkat" kata Ketua Kelompok Kerja Dokter Neurologi Anak Indonesia itu.

Ditambahkan oleh dokter Rita, karena tubuh tidak dapat mensintesakan lutein, maka lutein harus disuplai dari luar, yaitu dari makanan, seperti jagung, kuning telur, jeruk, sayuran hijau, melon dan cabai. Ditambahkan oleh dokter Rita, lutein secara alami juga terdapat dalam organ lapisan mata, terutama di makula yang mempunyai peran perlindungan.

No comments: